Realistic Goals with Realistic Opinion




Di antara circle-circle pertemanan duniawi, kita kerap menemukan satu-dua orang yang memiliki tujuan hidup sangat mulia dan bermimpi besar. Orang-orang ini kerap sekali menduduki kursi-kursi badan eksekutif jika ia adalah seorang mahasiswa. Atau orang-orang ini yang sudah membangun impian atau bisnisnya sejak usia dini alias menjadi mahasiswapreneur. Mungkin kamu menemukan tipe-tipe orang seperti ini di kehidupanmu, atau bahkan... jangan-jangan dirimu sendiri?

Tidak salah memiliki impian yang besar, pun tidak salah jika memang kamu memulainya sedari awal, justru itu malah bagus! Memiliki impian yang besar atau melakukan aksi yang besar adalah sebuah keharusan, terutama jika usiamu masih muda, belum punya anak, belum punya tanggungan, atau belum punya istri yang tiap hari harus ngalah biar dia seneng~ heuheu. Yang menjadi masalah disini adalah: apakah tujuanmu sudah kamu susun secara realistis dengan aksi yang realistis juga?

Karena begini, banyak di antara kita banyak yang termakan oleh motivasi-motivasi jutaan dollar. Banyak dari kita penghamba self-development. Bahkan kalau kamu jalan-jalan ke Gramedia bareng ayangmu, maka yang akan kamu temukan di situ adalah mayoritas buku self-development. Why? Banyak dari kita yang termotivasi untuk memiliki mobil sport setelah kita lulus nanti, atau malah kalau bisa kita memiliki mobil sport sejak kita masih kuliah, ambil jalur kewirausahaan dengan menjadi owner suatu bisnis, lalu kuliah berantakan-tidak lulus-tapi memiliki kebebasan finansial yang mumpuni-bikin kelas workshop-lalu mengatakan "sekolah itu tidak penting" sembari menggembor-gemborkan untuk mengikuti jejak Mark, Bill Gates, dan orang-orang yang cabut dari bangku pendidikan (padahal mereka cabut karena saking sibuknya "belajar", bukan sibuk dolanan doro). Apakah kamu bisa mencapai hal ini? Oh, tentu saja tidak kawaann~ heuheu

Aku di sini bukan bermaksud menurunkan semangatmu, tidak. Aku di sini bermaksud untuk menyadarkanmu untuk berfokus pada tujuan realistis, bukan imajiner, yang tentunya dengan aksi yang realistis pula. Ingatlah kawan, se-best seller-best sellernya buku motivasi, sebagus-bagusnya, sehebat-hebatnya buku itu, mereka tidak akan mampu menceritakan bagaimana perjuangan seseorang untuk mencapai sukses. Kamu kira dengan membayar buku seharga 200 ribu mampu membuatmu memperoleh kekayaan seharga 200 milyar?

Guys, berapa kali kamu berpikir untuk menjadi kaya dengan menempuh jalur kewirausahaan tanpa diiringi dengan keahlian? Berapa kali kamu berpikir bahwa menjadi kaya adalah dengan berdagang tanpa kamu memikirkan your skill to survive? Padahal jika memang kamu ingin kaya, justru jangan berfokus untuk menjadi kaya. Semakin kamu tidak berfokus untuk menjadi kaya, semakin kamu mendapatkan kekayaan itu lebih banyak! Loh, kok bisa?

Begini, jika kamu memang suka masak bukan berarti kamu akan menjadi restopreneur yang hebat. Jika kamu suka fashion, bukan berarti kamu akan menjadi fashionpreneur yang sukses. Karena yang dilihat disini adalah "apakah kamu telah menjadi ahli untuk menjalani kehidupanmu?". Jika kamu memang suka masak, masaklah! Jangan membayangkan atau berfokus bahwa dengan hobi masakmu kamu bisa menjadi kaya. Belajarlah masak sampai kamu benar-benar menjadi ahli, dan jika kamu telah menjadi ahli, maka peluang yang akan datang menghampirimu. Bukan kamu yang harus memasarkan bahwa masakanmu adalah masakan terenak di dunia, tapi calon pelangganmu lah yang memintamu untuk mendirikan restoran karena mereka menanti-nanti masakan enakmu.

Pokoknya jangan sampai ketika kamu belajar, kamu membayangkan bahwa dengan hasil belajarmu ini kamu akan memperoleh kesuksesan yang dekat. Jangaannn! Anggaplah, belajar adalah ibadah wajibmu, belajar adalah persembahanmu kepada Tuhan, kepada keluarga, kepada orang yang kamu sayangi untuk selamanya. Jika kamu sudah di tahap itu, maka tidak akan ada impian imajiner yang menghampirimu, karena itu sudah bukan impian lagi, itu adalah kenyataan. Wuuueezzzttt

0 Komentar

Gocicil Tokopedia
Gopaylater Ads