Sudahlah, Realistis Dulu Sebelum Me-idealis-kan Diri




Untuk yang belum baca part I bisa baca di link ini


"Jadi, apakah aku tidak boleh bermimpi besar? Apakah aku tidak boleh memiliki cita-cita? Bukankah kita semua sedari kecil telah diracuni oleh kalimat 'Mimpilah Setinggi Langit'? Bukankah kita harus percaya kepada semesta bahwa jika kita berjuang setinggi langit, maka kita juga bisa meraih sesuatu yang setinggi langit juga?"


Mungkin, ada beberapa dari temen-temen yang mempertanyakan hal tersebut setelah membaca part I. Bermimpi secara realistis bukan berarti tidak boleh bermimpi setinggi langit. Bagiku, setiap orang harus memiliki mimpi yang besar. Jika mimpimu atau cita-citamu tidak besar, entahlah apa yang memotivasimu untuk tetap hidup dan apa gunanya diri kita hidup. Namun, mimpi besar tidak harus tercapai saat dirimu hidup, bisa jadi saat kamu sudah menjadi tanah pun, mimpi itu tetap masih hidup.


Disengaja atau tidak, kadangkala kita yang hidup ala-kadarnya, hidup secara sederhana dengan segala peralatan elektronik made in china, makan di warung-warung sederhana bahkan tak sedikit dari kita perlu menabung untuk berwisata di luar kota, tetapi memiliki 'impian liar' di kepala. 'Impian liar' ini sangat mengganggu sekali, kita benar-benar ingin mencapai impian itu, ingin berada di situasi dimana kita berhasil mewujudkannya. Namun apa dikata, kita yang terlahir dengan privilege miskin ini (karena katanya miskin itu juga privilege~) apakah bisa mencapainya dengan mudah? Lalu kita menciptakan sebuah narasi, kita ucapkan itu berkali-kali ke tiap saudara, teman, orang yang kita temui, bahkan anak kecil. Anak kecil yang tak tahu apa-apa itu, dia terinspirasi oleh narasimu dan menjadikanmu sebagai role model dalam hidupnya. Meskipun dirimu adalah seorang yang 'gagal' menggapai cita-cita, setidaknya kamu berhasil melakukan 'estafet' cita-cita ke anak kecil yang kelak mewujudkan impianmu. Bukankah hidup bisa begitu?


Jadi, bukan berarti kita tidak bisa bermimpi besar bukan?

Pada zaman dahulu, saat Belanda menjajah Indonesia (sebenarnya, menurutku kurang tepat jika Belanda menjajah Indonesia, yang benar adalah VOC yang menjajah Indonesia. Kebetulan, orang-orang di VOC adalah orang-orang Belanda), para pahlawan-pahlawan kita pun demikian memiliki impian memerdekakan bangsanya. Mereka sadar betul bahwa selaku masyarakat nusantara, mereka hanya diperalat untuk kepentingan kapitalisme VOC/Belanda. Dari banyaknya pahlawan yang berjuang selama bertahun-tahun, diantaranya muncul pahlawan-pahlawan besar yang meneruskan 'estafet' cita-cita pendahulunya. Pahlawan besar yang berhasil mewujudkan impiannya itu apakah menjadi bukti bahwa "impian imajiner pun bisa diwujudkan"? Tidak. Impian mereka tidak imajiner lagi. Itu sudah realistis.


"Loh kok bisa bukan impian imajiner? Bukankah waktu itu teknologi bangsa kita sangat tertinggal jauh dibandingkan Belanda? Bahkan pendidikan kita pun sangat tertinggal jauh dan tidak ada apa-apanya dibandingkan pendidikan ala bangsa Eropa! Sangat khayal dan tidak mungkin sekali jika ada orang ingin mengalahkan orang-orang Belanda!"


Maksudnya gini, mereka memang ingin Indonesia merdeka dari penjajahan negeri-negeri yang sangat maju IPTEKnya. Namun, untuk mewujudkan itu, mereka tidak secara tiba-tiba menyerang. Mereka memimpikan impian yang sangat realistis terlebih dahulu; bersekolah hingga pendidikan tinggi bahkan jika harus bersekolah di sekolah Belanda, mengasah skill berbagai bahasa, negoisasi, public speaking, bahkan menulis (tentu saja, jika mereka tidak bisa menulis, Ir Soekarno pasti sudah menjadi mahasiswa bangkotan karena tidak lulus skripsinya). Dari impian realistis tersebut, mereka wujudkan sehingga mereka mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya, menghidupi dirinya, menyehatkan jiwa raganya, termasuk memenuhi sandang pangan papannya.


Ya kali di sidang PBB mereka gak bisa ngomong? Bahasa inggris aja tidak fasih, apalagi bahasa Belanda? Yang ada malah dibully oleh masyarakat seluruh dunia bahwa orang-orang besar Indonesia hanyalah bocil-bocil funky yang ngasal ngomong tanpa landasan, bahkan pas sidang, perwakilan dari Belanda pun ditinggal jogetan tiktok juga tetep bisa menang.


Ya kali gak bisa menulis dan membuat kata-kata? Kalau mereka gitu, sepertinya Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 menjadi sangat lucu kalimatnya seperti mahasiswa yang asal copas materi di internet lalu diparafrase~ Chuuaaww (yang penting turnitin under 30%)


Jika kamu membaca biografi dari orang-orang hebat yang berhasil melakukan distruptif pada tatanan lingkungan sekitarnya, kamu akan menemukan bahwa mereka pasti berfokus pada impian realistis terlebih dahulu. Itulah tujuan awal mereka. Apakah kamu temukan biografi orang hebat yang dari awal tiba-tiba buka usaha es kepal milo, sekolah ditinggalin, tidak pernah membaca buku lalu tiba-tiba jadi miliader? Bahkan sekelas Bill Gates yang dari keluarga kaya, alasan dia cabut dari bangku kuliahnya hanyalah karena dia sibuk mempelajari komputer yang kala itu jarang sekali orang mendapatkan akses pembelajaran seperti itu. Jadi kalau kamu 'cabut' buat ga 'sekolah' karena 'sekolah' kamu anggap tidak penting, yang ada kamu ga jadi miliader, tapi jadi pengangguran yang selalu kritik pemerintah karena ga ngasih kamu subsidi dan lapangan pekerjaan~ heuheuuu


Ketahuilah, tidak pintar buku bukan berarti kamu pintar jalanan. Pun sebaliknya.
First, set your goals realistically!

Penuhi dulu tuh 'kewajiban-kewajiban'mu yang harus dipenuhi, termasuk skill untuk survive. Itu dulu!





0 Komentar

Gocicil Tokopedia
Gopaylater Ads