Pemimpin Yang Buruk Adalah Pemimpin Yang Sibuk
Kalian tidak salah membaca judul.
Bagi saya, pemimpin yang buruk itu salah satunya adalah pemimpin yang sibuk. Lho kok bisa?
Sekarang gini, ada dua pemimpin yang masing-masing memiliki perusahaan, dengan pekerjaan yang sama persis. Anggaplah mereka memiliki perusahaan yang sama dan di daerah yang sama alias mereka berdua saling berkompetisi. Salah satu dari mereka lebih memiliki waktu untuk keluarganya, ngobrol dan nongki-nongki dengan rekan kerja, bahkan kalau ada bawahannya yang sakit, ia tidak segan untuk menjenguk dan menenangkan keluarganya. Bukankah dia adalah pemimpin yang lebih baik dibandingkan dengan pemimpin yang bahkan dichat WA balesnya bisa 3 hari kemudian?
Sibuk itu sangat buruk, kecuali jika kesibukan itu punya fokus dan tujuan sehingga menghasilkan dampak. Kalau kalian sibuk-sibuk-sibuk tapi kalian tidak menghasilkan dampak apa-apa pada hari itu, itu ibaratnya kayak kalian lagi lari sprint 100 km. Ngos-ngosan? Ya pasti! Bahkan bisa pingsan di tengah jalan.
Tapi kalau lari maraton 1000 km? Jelas lebih masuk akal dilakukan dibandingkan lari sprint.
Mengelola organisasi pun juga sama halnya ketika kalian sedang lari maraton, harus punya banyak strategi untuk menjaga energi. Kalau kalian mengelola organisasi dengan cara lari sprint, sudah pasti organisasi itu bakal amburadul. Banyak mudharatnya, bahkan lebih tidak sustainable.
Sekarang gini, kalau kalian sebagai pemimpin sibuk ita-itu, terus kalian tahu mau bawahan itu apa darimana? Kalian bisa mendengar aspirasi dari bawahan juga gimana kalau kalian sendiri tidak punya waktu untuk itu?
Saya pernah membaca suatu artikel di Harvard Business Review, kata penulisnya, Pak Heike dan Pak Sumantra, ada 90 persen pemimpin yang menghabiskan waktu kerja mereka untuk melakukan kerjaan yang gak penting-penting amat! 90 persen loh! Kalau ada 10 pemimpin, itu cuma ada 1 orang yang selo ngudud-ngudud sambil ngasih wejangan ke anak buahnya!
Ya jangan salahkan juga sih kalau anak zaman sekarang banyak yang quiet quitting. Bisa jadi mereka gitu karena atasannya sok sibuk yang suka mengerjakan hal-hal gak penting.
Jadi, sekarang coba tanyakan ke dirimu sendiri, apalagi jika kamu yang membaca ini adalah seorang manajer, atau pemimpin organisasi yang punya bawahan meskipun itu hanya satu orang. Pertanyaannya adalah:
1. Berapa total jam kamu kerja selama seminggu? Berapa panjang "perjalanan" kerjamu itu dalam seminggu? Lalu, bagaimana hasilnya dalam waktu seminggu itu?
2. Apakah kamu terlalu sibuk untuk ngobrol santai dengan orang terdekatmu?
Kalau kalian menganggap kalian masih terlalu fokus kerja tanpa peduli dengan orang sekitar, bahkan orang terdekatmu. Fix, lebih baik kalian berubah.
Karena kalau kamu sedih, depresi, sakit, dan sebagainya, siapa yang peduli denganmu? Teman? Keluarga? Pasangan? Atau jangan-jangan perusahaan?
Oh pasti jelas perusahaan, kan kamu mendedikasikan diri untuk perusahaan sepenuhnya!
Eh tapi, kayaknya bulan depan ada open recruitment untuk menggantikan posisimu tuh~
5 Komentar
bos yang baik justru pinter dan hebat membuat karyawan2 nya jadi sibuk dan produktif, sementara bos sibuknya menciptakan planning dan kreasi baru dari rekan2 kerjanya juga
BalasHapusDi lapangan memang masih banyak ditemukan kondisi manager yang kaya gini. Sibuk sama hal yg g penting (kata orang GaBut). Idealnya sih memang kita meski fokus dan efisien dalam time management termasuk dalam planning dan risk-nya juga❤️
BalasHapusPemimpin yang buruk adalah pemimpin yang sibuk sampai nggak peduliin orang sekitarnya. Bisa jadi bener sih. Soalnya gimana mau mimpin perusahaan kalau nggak tahu masalah yang dialamin perusahaannya. Harus balance pokoknya
BalasHapusTp in reality masih banyak pemimpin yang seakan sibuknya bukan main xixie entah gatau ngurusin apaa. Seharusnya memang harus fokus & bisa time management
BalasHapusBener kak.
BalasHapusSesibuk-sibuknya kerja, yang namanya tim kerja kudu harus saling ngobrol ya. Jangan karena melihat kasta atasan dan bawahan