Mengapa Sistem Pendidikan Finlandia Tidak Diterapkan di Indonesia?

 


Finlandia, suatu negara di wilayah nordik yang selalu diberitakan menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Wilayah nordik memang terkenal dengan negara-negara yang "unik", salah satunya Finlandia ini. Yah, mereka memang harus menjadi unik dengan kondisi negara yang kalau musim dingin bisa di suhu minus. Itu ngeri lho, ente di Wonosobo aja udah ogah mandi, apalagi di wilayah nordik udah jadi karatan ente.

Banyak yang bilang, sistem pendidikan di Finlandia itu meniadakan PR dan memiliki jam sekolah yang pendek. Bahkan ulangan, UTS, UAS di sana tidak ada. Namun, sebenarnya itu kulit luarnya saja. Kita tidak bisa mengambil mentah-mentah mengenai peniadaan ujian-ujian ini.

Kalau melihat lebih dalam lagi mengapa Finlandia bisa seperti itu, budget untuk pendidikan di Finlandia itu sangat tinggi sekali. Benar-benar tinggi. Sekolah di Finlandia itu gratis dari TK hingga SMA. Pendidikan dasar sudah pasti gratis, orang tua Finlandia pokoknya cuma ngirim anaknya ke sekolah aja, gausah banyak cincong, udah fokus aja kerja atau bikin perapian di rumah alias di Finlandia emang sedingin itu! Kalau kuliah yang saya ketahui tetap berbayar meskipun subsidi untuk kuliah pun tidak main-main banyaknya, atau mungkin gratis untuk warga Finlandia dan EU. Selain sekolah yang full gratis, profesi guru di sana itu sudah setara menteri jika di Indonesia. Gajinya sangat tinggi. Orang-orang yang bisa jadi guru merupakan orang yang sangat terpilih, minimal guru SD saja harus bergelar Master.

Belum lagi, status sosial menjadi guru di Finlandia juga sangat tinggi. Pokoknya udah disembahlah di sana kalau kamu jadi guru. Nah, bayangkan ya jika di Indonesia menerapkan demikian. Pasti anak-anak yang lulusan SMA dengan rangking 3 besar berbondong-bondong masuk ke FKIP. Terlebih, calon lulusan FKIP ini tentunya menjadi orang-orang yang benar-benar terpilih memiliki kemampuan berasa bukan manusia. 

Masalahnya, ada ga duitnya? Finlandia bisa melakukan itu karena mereka menerapkan pajak yang juga tinggi, bisa paling sedikit 30%! Kita yang menerapkan PPh progresif tidak sampe segitu saja banyak yang demo dan sotoy kok dikira diperas oleh negara. Saya pernah membahas mengapa pendidikan di Indonesia itu b aja, bisa dibaca di sini.

Lalu, perpustakaan di Finlandia itu sudah tersebar di mana-mana. Terutama di daerah perkotaan, sudah pasti ada perpustakaan di sana. Perpustakaan di Finlandia itu sudah menjadi tempat nongki anak Finlandia. Bayangin di Indonesia yang tempat nongkinya di pojok alun-alun, sambil ngudud dan scroll tiktod. Nah, membuat perpustakaan yang sangat nyaman dan lengkap itu perlu biaya, perawatannya sangat mahal. Belum lagi, menyadarkan para orang tua di Indonesia itu susah. Mengajak anak-anak untuk "mencintai" perpustakaan itu perlu kolaborasi antara pihak akademik dan masyarakat, dalam hal ini orang tua. Kita tidak bisa menodong guru untuk membuat anak didiknya mencintai buku dan suka belajar, orang tua dan masyarakat juga perlu dididik untuk mendukung sistem pendidikan yang baik.

Karena sejatinya, masyarakat termasuk ke dalam sistem pendidikan itu sendiri.

Di Finlandia, kesadaran akan "belajar" dan "kolaborasi" sangat tinggi. Di sana memang tidak ada PR maupun tugas sekolah, karena tanpa PR dan tugas sekolah, murid-murid di sana sudah otomatis belajar sendiri mengejar passionnya. Masing-masing murid itu pasti memiliki hobi produktif yang mereka kembangkan sendiri setelah sekolah. Bagaimana di Indonesia? Wah, kalau enggak ada PR atau tugas, entahlah mereka ngapain aja. Makanya penghapusan sistem ujian di Indonesia itu sepertinya memiliki korelasi positif dengan meningkatnya jumlah hate speech di sosial media. Buat yang lagi skripsian, ini bisa jadi judul atas fenomena masalah sosial saat ini!

Jika kita menerapkan sistem pendidikan Finlandia ke Indonesia, mau diperoleh duit darimana? Andaikan si Elon Musk itu jadi superhero dengan menyedekahkan seluruh hartanya sebanyak 2000 trilliun sekalipun untuk pendidikan di Indonesia, tetap tidak bisa mendekati standar Finlandia. Untuk sesuai standar Finlandia, kita butuh setidaknya duit 5000 trilliun! Duit darimaneeeeeeee!

Kecuali jika ente mau pajaknya dipotong habis-habisan demi pendidikan bangsa. Selama ente masih pelit dan gampang korupsi, meniru standar Finlandia justru sama seperti menggali kuburan sendiri.

Satu hal lagi yang saya sangat sukai dari sistem pendidikan wilayah nordik, yang kemungkinan hanya ini yang bisa kita tiru atau terapkan, yakni penekanan pentingnya kerjasama dalam berinovasi. Pola pikir di Finlandia itu adalah kerjasama dalam mengembangkan inovasi. Itulah mengapa di Finlandia sistem ranking dihapus, karena tanpa adanya kerjasama, sudah pasti mereka banyak yang mati kedinginan. Makanya harus komunal, kerja bareng-bareng biar bisa sama-sama hidup.

Saking komunalnya, kamu akan jarang sekali mengenal tokoh pendidikan atau ilmuwan dari wilayah nordik, khususnya Finlandia. Mengapa? Karena prinsip komunalnya ini. Prinsip ini dinamakan Janteloven. Kalian bisa baca sendiri di Google apa itu Janteloven. Jadi, Janteloven ini merupakan "prinsip" yang berfokus pada pencapaian kesejahteraan secara kolektif, bukan cuma ente doang yang sukses, tapi teman-temenmu, bahkan lingkungan sekitarmu. Gara-gara prinsip ini, orang-orang di Nordik happy-happy saja dengan pencapaian mereka yang biasa-biasa aja, karena bagi mereka, yang penting itu berkontribusi. Semua senang, semua happy, tidak boleh main claim-claim, karena semua adalah milik bersama untuk kesejahteraan bersama.

Bagaimana di Indonesia? Rata-rata pendidikan di Asia bukankah sangat individualis dan kompetitif? Bahkan sistem ranking dihapus sekalipun, setelah lulus dari sekolah kita dihadapkan ke dalam sistem ranking (lagi). Semua adalah musuh ketika kita sudah ujian masuk universitas, CPNS, rekrutmen bersama BUMN, dan loker-loker lain. Hal ini menyebabkan munculnya banyak orang dengan pribadi yang egois dan ingin menang sendiri.

Apalagi, di Indonesia itu sering main hak cipta. Dikit-dikit melanggar hak cipta, dikit dikit nyontek, dikit-dikit plagiasi. Sebenarnya tidak masalah sih, masalahnya setelah melakukan plagiasi, maka mereka klaim seolah olah itu adalah 100% karya mereka original. Lah? Bagaimana bisa mencapai kesejahteraan bersama jika tiap individu penginnya dipuja-puja sebagai orang yang "si paling inovatif"?

Terus bagaimana dong?

Sebenarnya, kita bukan tidak akan pernah maju pendidikannya. Hanya belum sekarang saja momennya. Masih terlalu cepat untuk kita. Finlandia bisa memiliki sistem pendidikan yang terbaik, tentunya karena sudah melewati fase "berkembang" puluhan tahun yang lalu. Belum lagi, tantangan di sana cukup tinggi. Wilayah nordik itu, jika kalian tidak inovatif dan kerja keras, yang ada bisa meninggal kedinginan. Stress di sana juga cukup tinggi, bukan stress karena pekerjaan, melainkan stress karena kekurangan sinar matahari. Beda dengan kondisi di Indonesia.

Menurut saya, Indonesia tidak sepatutnya mengikuti strategi pendidikan negara-negara yang memang lebih kaya. Itu seperti kamu yang masih pakai pinjol dan paylater karena gaji UMR Jogja tapi pengin gaya hidup seperti Nia Ramadhani. Ya jelas ngap-ngapan.

Indonesia, dengan tantangan dan kondisi yang berbeda dengan negara lain pun seharusnya memiliki strategi pendidikan sendiri, misalnya karena keberagaman budaya dan suku bangsa, Indonesia bisa lebih menerapkan strategi pendidikan mulok (muatan lokal). Jadi, selain mengajarkan keilmuan umum, juga mengajarkan muatan lokal bergantung pada masing-masing daerah, namun disesuaikan dengan kondisi zaman. Misal, di daerah saya memiliki keunggulan di bidang pertanian edamame. Selain mengajarkan budaya jawa, sekolah di daerah saya seharusnya memang mempelajari edamame, gimana cara menanam dengan baik hingga cara menjualnya. 

Karena dana APBN yang tidak bisa mengcover semua fasilitas pendidikan di Indonesia, sudah sejatinya sekolah-sekolah di Indonesia memiliki badan usahanya sendiri. Badan usaha ini bukan yang merugikan wali murid, justru yang "memanfaatkan" murid untuk learning by doing. Misal di daerah saya, murid-murid diajarkan menanam, menyemai, memanen, lalu menjualnya. Hasil penjualan tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengembangkan fasilitas sekolah.

Tentunya, kurikulum pendidikan tidak bisa "kolot" harus standar di semua wilayah. Karena tiap daerah memiliki tantangannya sendiri. Tantangan anak-anak di Jakarta mungkin sangat berbeda untuk tantangan anak-anak di Kebumen, Wonosobo, atau Garut. Itulah mengapa perlu di sesuaikan, yang intinya output dari sekolah itu bikin anak-anak "tetap sibuk" karena learning by doingnya itu.

If you want to go quickly, go alone. But, if you want to go far, go together

Sekian. 

35 Komentar

  1. Wah enak banget ga ada PR dan tugas disana. Di indo mah serba ribet, terlalu banyak aturan yg sok sok keras. Jangan harap dah bisa diterapin ke indo


    Newsartstory

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya belum ya kak, bukan nggak mungkin. Sekarang aja orang masih menggandrungi banget sistem pendidikan dini yang mengharuskan anak-anak usia balita hafalan. Bukan mendahulukan stimulasi yang lain.

      Hapus
  2. Mas, topikmu keren. Hehehe, enak banget bacanya. Temenku yang nikah sama orang Finlandia juga enggak stress. Masalah anak-peranakan di sana sangat amat terjamin kebutuhan anaknya. Misalkan saja untuk perlengkapan anak saja mereka dapat dari pemerintahnya dengan besaran yang sudah ditentukan. Selain itu untuk pendidikan di sana, jadi guru itu super syulit dengan persyaratan yang enggak cuma dilihat dari gelar master, tapi punya ilmu gono-gini tertentu. Di Finlandia setahuku juga satu guru enggak megang puluhan siswa, satu kelas aja maksimal delapan atau kurang dari itu. :D

    BalasHapus
  3. Baru tau Pendidikan terbaik ada di Finlandia, Indonesia bisa saja mencontohnya namun tidak bisa memaksakan harus sama, karena situasi daerah berbeda kebutuhan, kemampuan dan fasilitasnya.

    BalasHapus
  4. Mungkin karena kultur dan atau budaya yang belum memungkinkan bisa meniru negara dengan sistem pendidikan yang bagus seperti di Finlandia ini, masih dianggap "aneh" mungkin gitu ya... tapi secara global dampak pendidikan seperti ini luar biasa sih kalau menurut saya kedepannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda kultur sudah otomatis beda sistem pendidikan harusnya.

      Hapus
  5. Wow.. ternyata begitu latar belakang yg menjadikan pendidikan di sana sangatlah keren ya... Terima kasih sharing infonya ya.. Meski skg blm tepat utk mengikuti standar pendidikan ini, tapi ini meryhal bagus yg perlu dicita-citakan untuk terwujud

    BalasHapus
  6. Kebanyakan orang hanya mau melihat apa yang ingin mereka lihat. Kayak betapa apiknya sistem pendidikan di Finlandia. Sementara, hal-hal yang berkaitan dengan sistem pendidikan se-epic itu kayak nggak mau dilihat. Hehehe

    BalasHapus
  7. Kalau baca-baca sistem pendidikan di luar negeri emang selalu bikin iri sih. Tapi ya gimana ya, Indonesia ini luas dan itu dia duitnya dari manaaaa. Gurunya aja ga sejahtera

    BalasHapus
  8. Nah iya, setiap negara dan warganya tentu saja punya karakteristik yang berbeda. Kurikulum berjalan dan bagus di Finlandia belum tentu bagus dan cocok diterapkan di Indonesia ya kan

    BalasHapus
  9. Wah, menarik banget ulasannya! Emang bener sih, ngikutin Finlandia tuh kayak mimpi di siang bolong buat Indonesia. Tapi setuju, kita harus punya cara sendiri!

    BalasHapus
  10. Tantangan besarnya itu sebenarnya muter² aja sih, kaya misal luasnya indonesia aja berapa di mana seluas itu harus mengakomodasi, guru yg udah bejibun banyaknya, belum lagi siswanya yg butuh sekolah mencar dari megapolitan sampe pelosok hutan rimba, ditambah dgn kondisi geopolotik plus plus budaya Indonesia yang 'ya ya begitulah' jadinya siklus ini butuh waktu buat diputus. IMO sih 😊

    BalasHapus
  11. Masih mencoba optimis dan berdoa, semoga kelak Indonesia bisa semakin baik sistem pendidikannya. Sepakat sih Kak, untuk saat ini mungkin seharusnya para petinggi (dan kita semua), memikirkan bentuk pendidikan yang lebih efektif dan sesuai dengan keragaman yang ada. Tapi yang jadi tantangannya, sifat kita yang individualistis dan mudah di-adudomba ini sulit sekali digerus. Alhasil, kita terus-terusan sibuk bertengkar, bukannya bersinergi mencari solusi.

    BalasHapus
  12. Learning by doing, seandainya semua bisa menerapkan seperti ini ya, jadi gak sekadar teori aja tapi ada praktik nyatanya juga, semua juga jadi merasa bertanggung jawab yang sama.

    BalasHapus
  13. Finlandia memang saat ini masih memegang posisi terbaik buat sistem pendidikannya. Gimana ya, negeri kita jg sbnrnya bisa. Namun, realitas yg ada masih miris. Guru blm bisa dikatakan sepenuhnya sejahtera. Sistem yg lbh bnyk memberi beban administrasi dan ini itu utk pendidik jg membuat mereka tdk optimal mendidik siswa.

    BalasHapus
  14. Setuju. Kesadaran belajar siswa siswi Indonesia ini kurang. Apalagi sekarang sudah ada HP, semakin kecanduan deh anak-anak sekolah main HP.

    BalasHapus
  15. Enggak bisalah ya kalau diterapkan gitu aja di Indonesia. Kultur masyarakatnya aja beda. Pendanaannya juga beda.

    BalasHapus
  16. Bahasannya luar biasa.
    Insightful banget dan aku bisa merasakan ternyata bener pemikiran seperti ini masuk akal. Sebelum ingin menerapkan pendidikan dan sistemnya di negeri ini, haruslah mendetil dari berbagai hal, culture, kondisi ekonomi, hingga ke sistem pendidikan dan pemerintahannya.

    Karena pendidikan yang baik bukan hanya dibangun oleh satu sekolahan.
    Tetapi didukung oleh perangkatnya serta sistemnya.

    BalasHapus
  17. Guru² di sana pendidikannya gereget dan dukungan pemerintah serta orangtuanya juga ciamik. Semoga jadi inspirasi buat dunia pendidikan kita di sini ya

    BalasHapus
  18. Ada temenku yang tinggal di Finlandia dan menyimak ceritanya tentang pendidikan di sana, asli bikin iri.

    Kupikir sih, orang Indonesia mau kok bayar pajak ASALKAN benar-benar kembali pada rakyat dalam bentuk pendidikan gratis yang berkualitas (bukan asal gratis), kesejahteraan terjamin, layanan kesehatan terjamin, dsb. Sayangnya, kebiasaan korupsi di negara kita udah terlalu parah. Yang ada, rakyat bayar pajak tapi yang sejahtera pejabat doang.

    BalasHapus
  19. Seru banget tulisannya, mengalir banget bacanya loh kak! Aku pernah baca buku Teach Like Finland, dan aku juga setuju sama pendapat kakak, pendidikan kita belum siap dengan pengalaman belajar yg persis seperti di Finlandia. Masyarakat, fasilitas dsbnya belum mendukung. Jadi keberadaan PR dll itu justru malah membantu, menurutku sih kak, karena anak jadi lebih banyak belajarnyaa.

    BalasHapus
  20. Sistem pendidikan di Finladia setau aku emang bagus, santai dan anak jga pintar2 walaupun gak ada PR dan tugas disana. Unyul pnerapan di indonesia rada syulittt

    BalasHapus
  21. Emg sistem pendidikan di negara kita ga bs disamakan dgn negara maju, apalagi Finlandia yg notabene menjadi negara dgn penduduk paling sejahtera di dunia. Udh wilayahnya kecil, orgnya dikit, pendapatan banyak, gaji tinggi.

    Tp emg di sana pajaknya tinggi sih. Tp yg plg penting ya duitnya ga dikorupsi. Hehe. Ini mental yg plg susah diberantas di negeri ini. Smg pelan2 bs menyamai pendidikan kita di negara maju ya.

    BalasHapus
  22. Pendidikan di Finlandia terkenal paling maju ya
    Aku suka baca buku buku yang membahas bagaimana pendidikan di Finlandia
    Nampaknya memang belum bisa jika diterapkan di Indonesia, meski bagus ya

    BalasHapus
  23. Di Finlandia semua sistem sudah terkoneksi. Biaya pendidikan di sana luar biasa meskipun mahal, tapi gratis sampai SMA.

    PAJAK di Eropa memang gede-gede banget. Tap pebgelolaannya tepat babget. Laah kita kalau pajak sampai 30% bakalan demo berjilid-jilid. Mungkin semua itu terjadi karena audah sering ada kasus di negara kita.

    BalasHapus
  24. Kapan ya pendidikan kita juga bisa benar2 sebaik di Finlad? Kalau baca buku ttg sistem pendidikan di negeri ini tuh suka ngiri. Tapi bener sih prosesnya panjang entah kapan kita sampainya. Paling sekarang ya sebagai ortu berusaha memperkuat apa yang kita bisa buat ngajarin anak dalam rumah masing2.
    Soal pendidikan gratis tu juga idaman banget yaaa. Berharap Indonesia bisa jd anak2pun makin cerda, penddidikan merata, ortu konsen kerja dll

    BalasHapus
  25. Mau nerapin di Indonesia sistem Finlandia agak sulit yaaa. Harus banyak yang diubah dan dibenahi. Semoga Indonesia pendidikannya bisa lebih maju dan baik

    BalasHapus
  26. menunggu menteri yang lulusan dari Finlandia dan coba nerapin sistem pendidikan terbaik di dunia itu

    BalasHapus
  27. Setuju.. Klo diliat pendidikan negara Finlandia jauh beda dengan pendidikan Indonesia karena mereka memang punya dana yang cukup banyak untuk itu ya kak.. Kalau di Indo diterapin sprti itu yaudah engap2an kitanya apalgi pajaknya yg dinaikkin sampai 30%. Cuma kita harus tetap maju lgi agar pendidikan Indonesia bisa lebih baik lagi kedepannya, aamiin

    BalasHapus
  28. Sistem pendidikan di Finlandia itu benar-benar keren, dan tidak heran jika Finlandia selalu masuk ke dalam 10 besar negara paling bahagia di dunia. Soal pajaknya yang sampai 30%, tentu saja masuk akal, karena pemerintah di sana juga anti yang namanya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Pembangunan di sana, di arahkan untuk rakyat bersama, bukan untuk keluarga atau kolega terdekat, awowowk.

    Perlu diketahui juga bahwa Finlandia masuk ke dalam negara 10 besar dengan indeks persepsi korupsi terkecil. Kalau di negara kita..Awowowk, ya wajar ada demo. Wong korupsi mulu pemerintahnya. Hitung aja berapa banyak menteri yang sudah korupsi. Bahkan Mensos di saat orang orang lagi susah pas zaman Covid, malah korupsi Bansos.

    Tapi, apakah ini semua salah pemerintah. Tentu tidak sih.

    Karena benar yang lu bilang "masyarakat termasuk ke dalam sistem pendidikan itu sendiri".

    Masyarakat kita, kebanyakan cenderung longor, pengen cepat kaya dengan judol, nikah terlalu dini padahal mental gak siap, akhirnya apa, anak-anak dari kecil bukan dimotivasi untuk belajar, malah diberikan hp dan mereka akses TikTok dan nonton konten tulul".

    Pada akhirnya jadi santapan terus untuk konten pembodohan buzzer, dan pemerintah yang korupsi.

    Sudah pas tuh, saling melengkapi.

    BalasHapus
  29. Semoga suatu saat bisa juga diterapkan di Indonesia ya. harus banyak bebenah dulu

    BalasHapus
  30. wah, menarik banget ini. perlu dikulik lebih dalam dan siapa tau beneran bisa diapply di Indonesia :D

    BalasHapus

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia
Gopaylater Ads