Selain Bikin Air Minum, AQUA Kini Juga Minum Air Ludahnya Sendiri.

 


Halo, semuanya!

Kemarin ketika saya sedang menikmati suasana sore dengan mengendarai kuda nil (ini ga beneran ya), saya melihat ada produk baru yang terpampang di setiap warung-warung madura pinggir jalan: Aqua, dengan galon sekali pakainya.

Saya ulangi.

Aqua. dengan. galon. sekali. pakai.

IRONIIIISSSS!

Sungguh dramatis.
Dulu waktu Le Minerale muncul dengan galon sekali pakai, reaksi AQUA tuh kayak tetangga sebelah rumah yang tiba-tiba julid: “Ih, gak etis banget sih!”

Lewat berbagai media, mereka khawatir. Bukan khawatir kalah saing, tentu, tapi khawatir akan lingkungan.
Plastik, limbah, daur ulang. Ah, kata-kata suci itu dulu dielus-elus kayak jimat.

Tapi sekarang?
Welcome to the party, AQUA. Bawa galon plastik sekali pakai yang katanya “mudah didaur ulang”.
Gak ada yang salah sih.
Kecuali satu: kata mereka sendiri 4 tahun lalu. Uhuuuk!


Mundur ke 2020, saat Le Minerale membuka lembaran baru dalam sejarah plastik.
Mereka bilang: “Galon sekali pakai itu bersih, praktis, higienis.”
AQUA: “Kami prihatin. Itu akan merusak lingkungan.”

Danone AQUA waktu itu ikut nyinyir, eh maksud saya, menyuarakan kekhawatiran.
Organisasi lingkungan juga ikut koar-koar.
Data-data dilempar ke publik:
“70 ribu ton sampah plastik tambahan per tahun!”
“Bahaya buat laut, ikan, dan generasi masa depan!”

Dan sekarang?
Setelah Le Minerale makin nempel di lidah pasar dan Nielsen bilang penjualannya naik tajam? AQUA masuk ring juga.
Dengan galon yang katanya "lebih ramah" dan "desain ergonomis".

Apakah ini inovasi? Atau cuma strategi survival dengan bumbu hipokrisi?

Apakah AQUA Masih #BijakBerplastik?

AQUA selama ini identik dengan keberlanjutan. Mereka punya kampanye #BijakBerplastik, program edukasi lingkungan, dan CSR yang bikin hati ikut adem. Bahkan ada program daur ulang komunitas segala. Serius, sebagai orang yang mengamati dunia pendaur-ulangan, AQUA itu brand air minum yang paling top banget soal kayak ginian.

Tapi di balik semua itu, keputusan jualan galon sekali pakai membuat banyak pihak bertanya:
Apakah idealisme bisa didaur ulang juga?

Karena yang dijual sekarang bukan cuma air, tapi juga narasi fleksibel:
“Kami tetap peduli lingkungan... asal tetap laku di pasar, ya.”

Yang awalnya anti, sekarang jadi inovator. Yang dulu mempersoalkan “sekali pakai”, kini menjual “kemasan praktis”.
Kita jadi bingung:
Yang berubah itu pasar, atau prinsip mereka?


Le Minerale vs AQUA

Sejak awal, ini bukan sekadar soal air. Ini soal dominasi. Kayak Marvel vs DC, tapi isinya galon dan strategi pricing.

Dulu AQUA sempat ngegugat Le Minerale karena desain botol yang mirip. Netizen bilang: “Yah, persaingan sehat.”
Tapi sekarang? AQUA ngikutin format yang sama, cuma dibumbui tagline “bisa didaur ulang”.

Apakah ini pengakuan diam-diam bahwa Le Minerale lebih dulu menangkap selera pasar? Atau cuma momen “kita udah capek main idealisme, sekarang waktunya realisme”?

Yang jelas, ini bukan lagi soal nilai. Ini soal siapa yang bertahan lebih lama dalam medan perang galon plastik.


Konsumen Juga Bantu Dorong Air Ini ke Jurang

Tapi jangan cuma nuding brand. Konsumen juga pegang sumbu bom ini.

Kita maunya praktis, higienis, murah, gak ribet. Tapi juga pengen bumi bersih dan laut bebas plastik.

Lah, gimana?
Kalian pikir galon plastik bisa hilang sendiri kayak temenmu yang ngutang ke kamu itu?

Sistem daur ulang di Indonesia itu... ya ampun.
Menurut KLHK, hanya sekitar 7-9% plastik yang berhasil didaur ulang.
Sisanya?
TPA, pinggir jalan, kali, laut, atau perut hiu paus.

Jadi waktu brand kasih galon sekali pakai, mereka lempar tanggung jawab itu ke kita:
“Tenang, ini bisa didaur ulang kok… asal kamu tahu cara daur ulang dan ada sistemnya dan gak males dan… ah, sudahlah.”



Ironi yang Bikin Haus

Gak ada yang salah dari bisnis berubah. Tapi ketika perubahan itu bertentangan dengan omongan sendiri, kita sebagai konsumen berhak mempertanyakan.

Karena sekarang, nilai-nilai keberlanjutan itu bukan prinsip. Cuma jadi elemen branding. Kalau laku, lanjut.
Kalau gak, ya tinggal dibuang kayak botol plastiknya.

AQUA mungkin minum air paling murni.
Tapi sekarang mereka juga meneguk ludah mereka sendiri.

Dan kita semua, masih sibuk nyari promo galon murah, sambil ngeluh di sosmed: “Kenapa sih plastik makin banyak?”


Air yang Tenang Membawa Banyak Plastik

Kita hidup di era di mana semua bisa dinegosiasi: Nilai. Prinsip. Komitmen. Bahkan definisi "ramah lingkungan".

Ketika brand sekelas AQUA bisa jungkir balik narasi demi rebutan pasar, maka jangan kaget kalau yang lain nyusul. Tiba-tiba es teh botolan pakai cup sekali pakai, minyak goreng literan dikemas sachet kecil,
dan semua dibungkus dalam label: “Daur ulang kok, tenang aja!”

Padahal kita tahu: Sampah gak hilang. Cuma pindah tempat.

Dan kadang,
pindah dari pabrik...
ke laut...
lalu ke meja makan kita…
dalam bentuk ikan goreng.

Mau kritik mereka? Boleh.
Tapi pastikan kamu juga gak lagi minum galon sekali pakai sambil ngetik komentar pedas itu.

So, good luck and have a nice day!


NB: saya pakai air filter langsung dari kran~

0 Komentar

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia
Gopaylater Ads