Krisis 98 Diakibatkan Karena Bank Indonesia Tidak Independen



Halo semuanya!

Kita semua tau apa itu Bank Indonesia. Tetapi, tidak semua tau "apa kerjanya Bank Indonesia?".

Secara sederhana, Bank Indonesia merupakan bank sentral alias induk dari segala bank. Sama seperti halnya perbankan kayak BRI, BNI, BCA, Bank Indonesia (BI) juga memiliki nasabah. Hanya saja, nasabahnya bukan orang pribadi seperti kita, tetapi nasabahnya adalah perbankan kayak BRI, BNI, BCA itu tadi.

Jadi, kalau ada yang penasaran "duit kita-kita yang ada di bank itu simpen kemana ya?", jawabannya perbankan nyimpen duit-duit kita itu ya di Bank Indonesia ini. Karena sejatinya, jumlah uang beredar itu kebanyakan hanya terekam secara algoritma alias digital, bukan full uang kertas. Itulah mengapa kalian yang transfer beda bank kena biaya admin Rp2.500, itu karena ada fitur BI-FAST, alias duit kalian itu "ditransferin" sama Bank Indonesia. Kenapa? Ya karena perbankan itu juga ujung-ujungnya "nabung" juga di Bank Indonesia. Terima kasih lah wahai kalian karena sekarang kita tidak perlu kena biaya admin Rp6.500 lagi.

Sudah paham ya fungsi Bank Indonesia ini buat kita-kita?

Nah sekarang, kita melihat bahwa Bank Indonesia ini ternyata adalah lembaga independen! Yap, Bank Indonesia itu "bukan milik" pemerintah. Mereka berdiri sendiri, karyawannya juga bukan karyawan PNS. Terus, apakah kalau bukan milik pemerintah itu berarti Bank Indonesia adalah lembaga swasta?

Jawabannya: bisa iya, bisa tidak. Alias, lembaga swasta di sini bukanlah pengertian lembaga swasta yang selama ini kita pahami.

Kita bahas dari muasal adanya bank sentral yang terpisah dari kepemilikan pemerintah ini.


Muasal Adanya Bank Sentral

Semua di awali di Benua Amerika yang dikenal dengan julukan "polisi dunia" (anjay).

Jika kalian bertemu dengan turis asal Amerika, lalu ketika ditanya mereka berasal darimana, kebanyakan mereka menjawab nama negara regionalnya, misal "From Texas", "From California", "From Virginia", "From Florida". Jarang sekali mereka yang menjawab "From United States" atau "From United States of America". Jaraaaanng banget!

Kenapa? 

Karena memang begitulah kondisi psikologis orang Amerika. Mereka itu anti sama yang namanya centralised alias sentralisasi. Perlu diingat bahwa orang Amerika itu merupakan mantan koloni Inggris yang mereka itu merasa kureng dengan kebijakan sentralisme Inggris, dimana kita-kita semua harus bayar upeti untuk kerajaan yang nun jauh di sana dan ga penting-penting amat. Jadi, bisa dikatakan orang Amerika ini representasi orang Inggris yang rebel dan muak sama kebijakan yang berbau "pusat".

Itulah mengapa ada istilah "American Dreams", "The Island of Dreams", karena memang branding di Benua Amerika itu ya buat orang-orang yang punya sifat rebel dan ingin kebebasan. Makanya Amerika menjadi negara dengan varietas imigran terbanyak, alias dari ras pithecantropus erectus sampai orang Wonosobo juga bisa hidup bebas di Amerika demi "dreams" mereka.

Nah sikap anti sentralisasi ini yang bikin pusing dan penuh awikwok karena tiap state bisa bikin kebijakan moneter sendiri, bikin uang sendiri, bikin pemerintahan sendiri.

Njlimet. Susah kalau begini. Kalau begini mah sama aja bikin negara sendirian aja gausah menjadi state

Karena kebijakan ekonomi moneter yang berbeda-beda dan awut-awutan gini, akhirnya Amerika bikin bank sentral yang bikin kebijakan terkait moneter biar tidak terlalu njlimet dan mengatasi perbedaan kebijakan di setiap state, jadi ga bikin pusing warga.


Fenomena Panic 1907

Ketika Amerika ingin membuat bank sentral, lahirlah The First Bank of United States, tetapi gagal karena ditolak masyarakat. Masyarakat gak mau kehadiran bank sentral ini, belum lagi sistemnya aneh, kebijakannya juga aneh. Bisa dikatakan, The First Bank of United States ini kurang mateng. Itulah mengapa ditolak sama warga Amrik. 

Akhirnya dibuat lagi bank sentral dengan sistem yang lebih mateng, lahirlah The Second Bank of United States. Hasilnya? Tetap saja gagal total! 
Bukan hanya gagal, tapi GAGAL TOTAL. Bank sentral ini benar-benar ditolak mentah-mentah sama warga Amrik. Apalah bank sentral ini, apa bedanya sama Inggris? Begitulah mikirnya...

Sampai pada suatu hari, ada masa Amerika tidak memiliki bank sentral. Tidak ada koordinator ekonomi di sini.
Ibarat kalau kerajaan semut tidak ada ratu semut, bakalannya pada ngawur. Tidak ada yang menjaga ekonomi moneter negara, jadilah Amrik mengalami krisis Panic 1907. Masyarakat jadi jatuh miskin!
Boro-boro mencapai "dreams", buat makan aja susah. Datang ke Amerika yang menginginkan kebebasan malah jatuh miskin. Hadeeeeehhh menyesal hidup di Amrik tapi sudah terlanjur stay. Jadilah Tahun 1907 adalah masa dimana Amerika menjadi negara yang masyarakatnya kismin-kismin. Kalau gini caranya, lebih enak hidup di Jombang dah.

Akhirnya, warga AS itu pada sadar.
"Hmmm ternyata penting juga ada bank sentral".
Tapi pertanyaannya: bagaimana membuat bank sentral tapi tidak sentral?

Nah, aneh kan? Njlimet lagi nih!
Akhirnya, lahirlah The Federal Reserve System (The FED). Dibuatlah bank sentral yang bukan milik pemerintah, tapi juga bukan milik swasta, tetapi HYBRID!

Struktur yang unik ini emang aneh pada waktu itu. Tapi bagaimana lagi? Ini kemauan rakyat AS. Kalau kata Pak Prabowo mah: semua demi rakyat!11!!!!1!!!!!1!!
Jadi terbentuklah bank sentral tetapi tidak sentral, tidak murni swasta, tapi juga tidak murni pemerintah.

Konspirasi The FED

Di Indonesia, banyak sekali penganut teori konspirasi yang menyatakan bahwa karena The FED ini tidak dimiliki pemerintah, maka The FED adalah lembaga swasta. Karena lembaga swasta pasti mencari untung. Ya kalau tidak mencari untung emang apaan? Yayasan aja nyari untung!

Padahal, ini tidak benar.
Penganut teori konspirasi pasti orang random yang kebetulan baca atau nonton video tentang kritik terhadap sistem perbankan atau fiat, kemudian cocoklogi sendiri dan menyimpulkan sendiri.
Tidak mungkin ada orang ekonom yang percaya teori konspirasi ini, kalau ada yang percaya, berarti memang kepalanya dia patut dipertanyakan. Jangan-jangan yang nempel di leher itu timun bukan kepala.

Menjadi lembaga yang independen bukan berarti statusnya menjadi lembaga swasta seperti yang umumnya kita pahami. Tidak begitu. Termasuk Bank Indonesia juga yang dikatakan swasta, padahal Bank Indonesia termasuk ke lembaga independen yang tidak murni swasta, juga tidak murni pemerintah alias HYBRID.

Tolong ya, jangan menjadi orang yang justru memperlancar terjadinya "the death of expertise era"
Karena alasan mengapa Bank Indonesia dan bank sentral di seluruh dunia ini digerakkan oleh sistem HYBRID yang akan saya jelaskan setelah ini.

Bagaimana Jika Bank Indonesia Ada di Bawah Pemerintah?

Sebenarnya, bank sentral yang dijalankan dengan sistem HYBRID alias lembaga independen yang tidak 100% swasta, tidak 100% pemerintah ini juga diimplementasikan oleh negara lain di seluruh dunia.
Tetapi, ada negara yang gak masuk akal menjadikan bank sentralnya ini dipegang kendali pemerintah.

Negara itu bernama: Turki.
Bank sentral di Turki itu berada atas kendali pemerintah. Kenapa? Karena presiden mereka, Mr. Erdogan, menolak adanya independensi bank sentral di Turki. Erdogan itu benci sama orang yang ngatur kebijakan ekonomi moneternya dia, jadilah dia memecat gubernur bank sentralnya berkali-kali. Setahun sekali Erdogan memecat gubernur bank sentralnya. Udah kayak bayar pajak motor aja.

Jadi begini singkatnya..
Turki itu sedang mengalami krisis ekonomi, inflasinya itu lagi tinggi. Ente belanja di Turki itu lagi murah-murahnya, mata uang Turki itu lagi diskon 70% karena mengalami penurunan sebanyak itu. Solusi dari permasalahan ini adalah menaikkan suku bunga. Udah fix, semua ekonom pasti ngomong gitu.
Ingat ya, kalau ada ekonom yang agak laen berarti itu kepalanya isi waluh jipang.

Mengapa kok solusinya menaikkan suku bunga?
Karena kalau suku bunga tinggi, otomatis kredit jadi mahal. Perusahaan jadi lebih berhemat, orang-orang yang demen pinjol juga mikir-mikir kalau bunganya ditinggikan. Orang yang hobi ngutang pulsa lewat paylater juga bakal menghemat kebiasaan nonton yutup nonstop sampe pagi. Semua itu ngasih efek domino sehingga kegiatan ekonomi menjadi melambat. Karena melambat, otomatis inflasi bisa diturunkan. Semua orang gak terlalu menggebu-gebu buat beli atau meminjam sesuatu. 

Suku bunga yang tinggi, bagi investor asing juga jadi menarik. Investor asing akan berbondong-bondong beli Turkish Lira buat investasi ke Turki. Akhirnya, mata uang Turki akan kembali menguat. Kalau ente pernah belajar makroekonomi, pasti paham mengenai kurva dan hukum supply demand. Secara sederhana, begitu.

Nah, masalahnya, si Mr. Erdogan ini anti banget sama suku bunga tinggi. Gak suka pokoknya. Dari Gubernur Murat Centikaya, Mr. Erdogan memaksa untuk diturunkan bunga, tapi Pak Murat  Centikaya bersikukuh "gak boy, solusiya gabisa gitu boy, ente ingin kita semua escape dari masalah ini tapi elu malah nurunin suku bunga.". Akhirnya Pak Murat Centikaya dipecat.

Ganti lagi Gubernur Murat Uysal, Om Uysal ini awalnya nurut sama Erdogan. Suku bunga diturunkan sedikit demi sedikit. Tetapi, yahh sesuai teori ekonomi (NIH GW KASIH TAU TEORI ITU PENTING BRAY), Turkish Lira malah semakin terpuruk, inflasi semakin naik, rakyat semakin kesusahan. Akhirnya Om Uysal kembali sadar, satu-satunya solusi adalah menaikkan suku bunga. Om Uysal dengan sedikit gemeter ngomong ke Mr Erdogan "bro, seriyus deh bukan gw belain si Centikaya yah, tapi keknya doi bener deh bro kalau ini harus dinaikin suku bunga.". Tak berapa lama, Om Uysal dipecat.

Udah bingung kan, ini gubernur bank sentral kaga ada yang mau karena pada ga berani nentang Erdogan, akhirnya ditunjuklah Gubernur Naci Agbal. Langsung deh sama Wak Agbal gas naikin suku bunga. Eh ternyata it's works! Turkish Lira kembali menguat sedikit demi sedikit, inflasi mulai menurun. Tapi kembali lagi, Erdogan gak suka, yaudah pecaaaaaattt!!

Dari sini kita bisa mengambil hikmah bahwa: pemerintah dimanapun pasti ingin kredit murah, uang beredar banyak, pertumbuhan ekonomi tinggi, apalagi mendekati pemilu. Sudah jadi budaya negara demokrasi itu mah. Tetapi, semua itu ada "bayaran"nya.

Pemerintah itu pengin populis, pengin dikenal masyarakat bahwa dia presiden yang bisa ngasih harga murah, tetapi tetap saja dalam teori ekonomi, itu tidak baik, tidak bagus, harus ada suatu lembaga yang berani "ngerem" aksi imajinasi pemerintah yang populis ini. 

Itulah mengapa, bank sentral itu harus independen.
Semua ini sudah ada teorinya. Ada teori tentang "time-inconsistency problem" yang intinya pemerintah alias politisi itu PASTI tidak konsisten. Mereka itu pengin populer, pengin dikenal "mensejahterakan rakyat", makanya kadang punya imajinasi ngawur yang bertentangan dengan hukum ekonomi. 

Selain teori, juga ada bukti empiris. Di negara yang bank sentralnya itu terpisah dari pemerintah, kondisi ekonomi cenderung lebih stabil, inflasi bisa lebih terkontrol. Nih buktinya:


Kesalahan Turki adalah bank sentral itu masih ada dibawah kendali pemerintah. Padahal, Erdogan sendiri itu aneh. Dia menganggap suku bunga tinggi itu mother of evils sehingga menganggap yang menyebabkan inflasi itu justru suku bunga tinggi. Kan aneh banget, ini menentang teori ekonomi. Udah ga ngerti deh itu Erdogan habis dengerin podcast siapa dah.
Jadi bisa disimpulkan, permasalahan kenapa Turki bisa terpuruk adalah Erdogan itu sendiri.

Nah, Bank Indonesia itu sebenarnya pernah tidak independen, ada di bawah pemerintah seperti Turki. Hal ini yang menyebabkan Indonesia mengalami krisis ekonomi 98. Jadi, akar permasalahan krisis ekonomi 98 itu bukan karena konspirasi George Soros atau fakta tentang George Soros apapunlah itu, bukan konspirasi langkah pelengseran Pak Soeharto, bukan juga karena kebijakan Pak Soeharto, melainkan karena Bank Indonesia tidak independen sehingga tidak bisa "ngerem" Pak Soeharto.

Makanya waktu Pak Habibie menjabat, Bank Indonesia langsung dilakukan independensi, suatu lembaga yang terpisah dari pemerintah, namun juga bukan swasta. 
Semenjak itu, Bank Indonesia menjadi lebih berani dan selalu "ngerem" kebijakan ekonomi pemerintah. Itulah mengapa Bank Indonesia menjadi tidak populer karena kerjaannya itu meregulasi dan melarang.

Saya awalnya juga sebel sama Bank Indonesia!
Ya gimana gak sebel, dikit-dikit ngelarang, dikit-dikit denda...

Sebagai seorang pengamat dan praktisi ekonomi keuangan, saya melihat Bank Indonesia memang aaarrrrgghh banget.
Tetapi itu dulu.
Sekarang setelah saya sadar, ternyata Bank Indonesia itu memegang peranan penting untuk kestabilan ekonomi. Justru peran Bank Indonesia itu menjadi the real watchdog untuk kebijakan ekonomi pemerintah yang sangat inkonsisten dan populis. 

Tanpa Bank Indonesia yang independen, maka yang ada hanyalah ketidakpastian, seperti halnya Turki tadi. Padahal, dalam dunia bisnis tidak ada yang lebih dibenci kecuali ketidakpastian. Kebijakan gonta-ganti, pejabat ekonomi gonta-ganti, akhirnya keadaan ekonomi suatu negara pun juga tidak pasti yang akhirnya dibenci sama pebisnis.
Tanpa adanya bisnis, negara juga akan jadi cangkang kosong.

Jadi, terima kasihlah kepada Bank Indonesia yang menjaga kita semua.
Sekarang saya tidak sebel lagi, deh. Karena sekarang sebelnya sama OJK.

Ya gimana ga sebel, dikit-dikit ngelarang, dikit-dikit denda....




31 Komentar

  1. Bank indonesia ibarat kata pusatnya para bank. Tapi paling sering ku pakai pakai Bi-fast. Lebih murah biayanya dan cepat juga. Walaupun kadang suka ada kendala...


    Newsartstory

    BalasHapus
  2. Ngomongin BI Fast, emang enak itu biaya transfer jadi 2.500 bukan yang 6.500 hahaha. Ya, Walaupun tetap sih aku juga transfer dengan biaya 6.500 tidak dengan BI Fast ga apa2 lah. Oh, begitu ya gara2 BI tidak bisa ngerem, makanya perekonomian di tahun 98 jadi semrawut. Soal Turkiye yang naik-turun stabilitas keuangannya, kasihan juga ya padahal saat itu sudah benar Gubernur Murat, sayangnya dia dipecat hhhmm.

    BalasHapus
  3. Jujur saya masih kecil saat 98 jadi tahunya cuma ada kejadian besar menimpa negara. Ternyata begitu toh sejarahnya.

    BalasHapus
  4. Insight baru, ternyata seperti itu, ya? begitu yang muncul di benak saya setelah selesai membaca artikel ini mas.. semoga BI ini terus menjadi independen dan sesuai dalam mendukung kestabilan perekonomian di Indinesia.

    BalasHapus
  5. Pernah baca the fed emang g benar2 dikuasai pemerintah sono, apa itu juga ya yang bikin dolar tetep stabil dari jaman dulu, bentuk uangnya juga sama, jadul, tapi tep dihargai orang2 di seluruh dunia

    BalasHapus
  6. Samar kuingat soal krisis moneter itu. Dulu, mana paham aku soal BI. Sekarang ini kupikir BI ya punya nasabah perorangan juga. Ternyata nasabahnya kelas kakap, macem bank-bank yang ada di Indonesia.

    BalasHapus
  7. Krisis 98 adalah bukti nyata bahwa independensi bank sentral sangat penting. Tanpa independensi, kebijakan ekonomi jadi rentan terhadap kepentingan politik dan sulit mengambil keputusan yang tepat.

    BalasHapus
  8. Pas krisis 98 itu saya baru jadi maba. Pengalaman yang gak terlupakan sampai sekarang. Semoga gak terjadi lagi. Harusnya memang kita ambil banyak pelajaran dari '98

    BalasHapus
  9. Lhoo, kok jadi paham. Ternyata akar masalah krismon yang menimpa kita tahun 98 gegara BI yang ngga independen. Ramenya kan pelengseran Pak Harto. Dan yaahh, untungnya diselametin Pak Habibie. Ternyata sepenting itu juga peranan BI yang kita kira kaga ada kerjaan selain bikin transfer kena admin hahaha.

    BalasHapus
  10. Terima kasih telah berbagi pandangan yang kritis dan membuka ruang diskusi menarik tentang peran Bank Indonesia dan OJK dalam menjaga perekonomian.

    BalasHapus
  11. Setuju banget sama kondisi krismon yang disebabkan karena Bank ya. Tapi ada yang sedikit mengganjal di kepalaku sih kak, meski disebabkan karena bank, tapi kalau pemimpinnya enggak kasih keleluasaan keputusan untuk meng-independen-kan diri, akan sulit buat bank juga. Jadi seperti ada dua sisi tarik menarik antara sikap/gaya pemperintahan saat itu yang akhirnya berpengaruh pada sikap bank BI ? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemerintah (baca: politikus) itu memang punya karakter inkonsisten. Kenapa? Karena harus populis. Sudah fix itu, tidak ada politikus yang tidak populis. Makanya, mereka butuh "rem", salah satunya Bank Indonesia ini dari sisi ekonomi moneter/makro. Masalahnya, dulu BI itu tidak independen, makanya BI tergabung ke dalam politik yang populis, ikut-ikutan menjadi populis makanya ekonomi bisa anjlok dan jatuh.

      Hapus
  12. Kapan lalu mau transfer jadi 2.500 ohh ini ternyata alasannya. Selama ini emang cuman tahu BI, tapi nggak tahu sistem kerjanya gimana. Ternyata punya nasabah juga, tapi bukan individu dan nggak sembarangan, huhu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya bahasanya bukan nasabah bagi Bank Indonesia, di sini saya pakai kata "nasabah" biar lebih mudah dipahami saja.

      Hapus
  13. Aduh pagi-pagi baca ini aku jadi loading :')

    Tapi paling enggak aku jadi tau sisi lain sebab terjadinya krismon dulu.. Dan ternyata BI juga terlibat, dulu taunya cuma karena kisruh Pak Harto aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara tidak langsung BI terlibat karena pada saat itu BI tidak bisa "ngerem" kebijakan pemerintah dari sisi moneter. Tau kan zaman Pak Harto harga barang sangat murah-murah? Harga murah belum tentu baik secara berkelanjutan kalau dari perspektif ekonomi makro. Perlu ada balancing, itulah mengapa BI harus independen, karena kalau engga yaa dia bakal ikutan kebijakan pemerintah yang populis.

      Hapus
  14. Seru banget membaca review kak Mario yang ghibahin soal perekonomian. Aku yang pernah kuliah ekonomi ngerasa harus sungkem dulu karena hal kayak gini seingatku nggak dijelaskan di perkuliahanku atau mungkin pas dijelasin akunya tidur wkwk. Selama ini hanya dijelaskan fungsi bank sentral aja, tidak sampai sejarah berdirinya bank sentral dan contoh kasus kalau bank sentral tidak independen. hiks kalau ingat sejarah krismon98 ngeri banget, walaupun waktu itu aku masih bocil tapi imbasnya mau makan aja jadi susah karena ibu nggak bisa beli lauk pauk. Yang aku tau karena semua harga mahal. Tapi makin besar ya makin penasaran apa sih krismon 98, kenapa sih kita ketergantungan sama dolar dan kebijakan pak Habibie yang notabene seorang insinyur bisa membuat bank Indonesia menjadi independen itu seperti apa. Serius kak, aku kira tuh dulu BI sudah independen sejak berdiri loh. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama kak, saya yang kuliah jurusan ekonomi juga harus sungkem kayaknya Kak Mario. Dulu waktu kuliah ngelamun mulu kali ya makanya ngang-ngong-ngang-ngong, wkwk. Daritadi inget-inget materi suku bunga nggak ketemu. Setelah baca ini berasa kuliah lagi tapi dengan versi materi yang mudah dicerna.

      Hapus
  15. Baca ini jadi teringat masa-masa saat saya masih menjadi wartawan ekonomi yang salah satu kerjaanmya mantengin penetapan BI rate setiap bulan, hasil riset BPS soal kondisi ekonomi dan prediksi inflasi bulanan.

    BalasHapus
  16. Kalo dipikir² memang seharusnya lembaga krusial macam bank sentral, lembaga hukum adalah independen, sehingga gak ada intervensi dari pihak manapun

    BalasHapus
  17. Baru pertama kali berkunjung ke sini dan seru banget ulasannya! Penjelasannya dibuat lebih sederhana dengan contoh-contoh yang mudah dimengerti pake bahasa orang awam. Jadi makin ngerti deh fungsi dan kedudukan Bank Indonesia ini.

    BalasHapus
  18. Kalo molly transfer pake flip jadi bebas biaya. :p.. btw menarik bgt pembahasan. Menambah wawasan

    BalasHapus
  19. Wah, jadi ngerti kenapa banyak teori konspirasi tentang Bank Indonesia. Kadang orang suka gampang percaya tanpa tahu fakta sebenarnya. Harusnya kita lebih kritis dan cari tahu lebih dalam.

    BalasHapus
  20. Kalau sekali transfer antar banj, sih, kadang tidak terasa, tetapi kalau harus transfer beberapa kali, kok, rasanya sayang banget, ya. Memang kita patut bersyukur kini transfer antar bank "hanya" dikenakan biaya admin dua ribu lima ratus rupiah. Ini jauh dibawah tarif sebelumnya, yakni tujuh ribu lima ratus rupiah.

    BalasHapus
  21. Hal kecil yang patut disyukuri dari kehadiran Bank Indonesia adalah adanya BI Fast yang cuma motong admin Rp2.500 ketika transfer beda bank. Kan sebelum ada doi harus bayar 6000-6500, ya.. lama-lama bisa jadi boncos.. hehe

    BalasHapus
  22. Inget banget kejadian 98 ngerasain antri ambil uang rush dimana2 duh untungnya sekarang bisa stabil menarik banget pembahasannya jadi tau mengenai bank sentral Turki dll

    BalasHapus
  23. Dari baca pertama, pengen langsung jawab, tugas bank central/BI tentu saja menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Oh masalah nilai uang di negara Turki anjlok itu karena Erdogan yah, pertanyaan saya, Erdogan belajar makroekonomi nggak sih?

    BalasHapus
  24. Analisisnya bagus dan tajam.
    Mengenai kebijakan dan sistem sentralisasi.
    Buatku yang gak paham mengenai regulasi apalagi sampai ke perekonomian dunia, tentu jadi terasa insighful.

    BalasHapus
  25. Semoga BI bisa benar-benar independen ya. Melihat segala sesuatunya dan membuat kebijakan berdasarkan kondisi ekonomi atau situasi yang terjadi saat ini. Karena sulit juga kadang-kadang, lembaganya memang bertujuan independen, tapi pengaruh atau orang-orang di belakangnya mungkin saja beda lagi. Sungguh sulit memang ya mengatur negara itu.

    BalasHapus
  26. Selama ini saya masih kurang paham dengan adanya fitur BI-FAST. Kok bisa lebih hemat dari transfer biasa. Nah, ternyata jawabannya begini, ya, Kak.

    BalasHapus
  27. kompleks banget ternyata ya 98 itu. dulu nonton filmnya yang diinget cuma kisah cinta sama demo-demonya aja :'D

    BalasHapus

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia
Gopaylater Ads